Serial bersambung Tanah Warisan karya SH Mintardja ini diambil dari situs Kedaulatan Rakyat (http://www.kr.co.id/) (07-08-2001 - 02-06-2002).
Sekilas cerita:
Perlahan-lahan ia berjongkok di depan perapian. Sebuah belanga berisi air terpanggang di atas api. Satu-satu dimasukkannya batang-batang kayu bakar yang kering ke dalam lidah api yang menjilat-jilat. "Kalau anak-anak itu ada di rumah," sekali lagi ia berdesah. Seleret kenangan meloncat ke masa lampaunya. Kepada anak-anaknya. Dua orang anak laki-laki. Tetapi keduanya tidak ada di sampingnya. Tetapi perempuan tua itu mencoba menerima nasibnya dengan tabah. Kesulitan demi kesulitan, penderitaan demi penderitaan lahir dan batin telah dilampauinya. Namun seolah-olah seperti sumber air yang tidak kering-keringnya. Terus menerus datang silih berganti.
"Hukuman yang tidak ada habisnya," desahnya. Namun kemudian ia mencoba menempatkan dirinya untuk menerima segalanya dengan ikhlas.
"Semua adalah akibat dari kesalahanku sendiri."
Silakan klik di sini untuk mengunduh cerita selengkapnya. Selamat menikmati dan teruslah berbagi.
0 comments:
Post a Comment